Aku rindu pada pucuk ilalang berembun,
saat kutapaki jalan tikus menuju terang,
tak kurasakan luka tikaman tunas ilalang dikakiku,
terbayang cuma cerahnya surya masa depan,
aku lelah dalam keterpurukan kemiskinan
anak desa bercita cita taklukkan ibu kota
mimpi melintasi dimensi tanpa batas
takaran melebihi ukuran
Sekarang tunas ilalang tak melukai kaki telanjangku,
tapi duri tak kasat mata dimana mana
ranjau kehidupan ditawarkan dengan manisan
kutolak suguhan, petaka didepan mata
kupilih diam sejuta bahasa, tanggungkan akibatnya
jalan pengabdianku mematung, diam ditempat
bahkan resikonya melampui batas vonnis,
berlaku tanpa kadaluarsa
Pondok Bambu Istanaku, Jumat,14/03/2014 = 23:00 Wib
tapi duri tak kasat mata dimana mana
ranjau kehidupan ditawarkan dengan manisan
kutolak suguhan, petaka didepan mata
kupilih diam sejuta bahasa, tanggungkan akibatnya
jalan pengabdianku mematung, diam ditempat
bahkan resikonya melampui batas vonnis,
berlaku tanpa kadaluarsa
Pondok Bambu Istanaku, Jumat,14/03/2014 = 23:00 Wib
No comments:
Post a Comment