PAWANG KEHIDUPAN

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham   

Saat Sang Awal , Lanange Jagad lena dalam tidur
atas kehendak Nya,
sepotong tulang rusuk pada awalnya,
menjelmalah sesosok Bidadari Maha Sempurna,
Sang Hawa, Maha Wanita , jelita tanpa tanding
melalui lapisan atmosfir dan mega persada angkasa raya,
kerna terlena pada rayuan Bianglala,
Yang Maha Awal diusir kedunia fana,
meninggalkan tanah penciptaan, taman Eden Syuarga loka
dan poyangku terdampar ditanah Andalas,
karena tautan kasih, cintapun mewujud dalam sang Muham
maka sebagian usia, nyawa, peruntungan ,
bahkan hak kehidupan yang diwarisinya sebagai sang Hawa,
diikhlaskannya atasku, saat kuhadir didunia fana
sembilan  bulan masa derita , pelunasan atas lenanya,
saat memakan dan memberikan buah larangan pada pasangannya,
diantarkanya aku dengan tali puser
dibekalinya dengan ari ari, yang adalah dirinya
jeritan pertamaku, memutuskan sangkakala senyawa
maka kuterimalah karmaku sebagai sang Muham
meski terbata bata dalam lindungan kasih bertautkan nyawa
diantarkannya aku dalam asuhan bertaruhkan segalanya,
tak ada hitungan apapun yang kutemui dalam buku jiwanya,
berarti aku datang dengan gratis ,
bahkan sebagian nyawanya dibekalkannya pula,
duh...apalah gerangan balasan yang mesti dia terima,
tapi nyatanya : perlawanan, penolakan, kebencian
segala  bentuk durjana , kuhempaskan dihadapannya
hingga airmatanya mengalir ke asal kehidupan di Syuarga Loka,
menangislah Empat puluh Malaikat penjaga nya,
kerna alfaku menjadi tanggungannya,
duh....Emak, sekarang apa yang bisa kulakukan
ketika panggilan pulang telah kau aminkan,
tak cukup bekal yang telah diberikan,
untuk memahami arti sebuah kelahiran.....
kerna segala yang ada berasal dari rahimnya
dibawah kakinya disimpan kunci Syuarga loka,
kemana harus kucari jejakmu, emak
kenapa tak kau titipkan kunci kehidupan
agar bisa aku renungkan.


Makassar, 22 Desember 2011. 
Surat permohonan maafku untuk emak.

BERITA UNTUK EMAK

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham 

Emak,
betapa sunyi relung jiwa saat kau pamit,
dalam laramu masih kau sempatkan menata berdirio kami,
dalam diam bertajuk koma, simpul yang lepas kau ikat kembali
telah kau coba menyatukan nurani kami
menyulam keretakan yang mucul dari gesekan,
benturan kepentingan satu dengan lainnya,
lalu alam kematian memisahkan segala kebersaman kita,
laksana orang buta bathinku terbata bata,
semua panggilan rinduku tak lagi emak dengar
ditelan jarak rentang kehidupan rahasia kematian,
dan emak pasti tidak tahu, dukaku remuk didada,hatiku menggelepar diraga
serasa tindih menindih fakta kehidupan nyata mendera,
bahkan tak mampu kuurai  magna ujian ini,
dan aku merasa , emak cuma diam tak bersuara,
lihat...seluruh nuraniku penuh luka ,
belum lagi badai terencana ditempatku bekerja,
puting beliungnya karierku, terkapar disepanjang pengabdian,
beginikah akhirnya perjalanan hidup putra matahari, anakmu
kandas dikejujuran hati nuraninya, putus asa diputihnya cita cita
kurasa emak sudah tidak bangga lagi akan keberadaanku
tengoklah atraksi super ego, tarian kemenangan perang kehormatan
yang dipertontonkan putra kesayanganmu sibontot,
siragil yang emak titipkan dan kujaga layaknya putra kandungku,
kesewenangwenangan,otoriter dan mau menang sendiri,
tumbuh subur didada sanak saudara kandungku,
sungguh : semuanya mabuk kepayang, silau kemilau gemerlapnya harta duinia
semuanya lupa diri, tak mau menoleh kemasa lalu lagi
kerna kini, dialah raja nan baik hati, segalanya ada yang meski cani
kata kataku tak lagi punya arti meski keluar dari lubuk hati,
dan aku , putra matahari tak punya tempat lagi ditengah tengah mereka
lihatlah, lolongan jiwa sedulur kandungnya, dianggabnya cuma kecengengan masa tua,
lebih penting menghadiri undangan klien janji kencan eksekutife muda,
dan akhirnya , aku memang harus mundur dari arena
karena seluruh jiwa ragaku telah kuberikan untuk mereka sejak muda,
maka sekarang yang tersisa cuma seonggok raga tak berjiwa,
hatinya kaku,hatinya biru, jiwanya beku, jiwanya tak menentu,
semua ini tidak akan terjadi kalau saja emak tidak buru buru pergi,
begitulah emak, berita terkini dariku : putra matahari
tapi sebaiknya, datanglah emak , lihat sendiri
supaya berita ini tak jadi fitnah diantara kami.......

Makassar, 19 Desenmber 2011
Catatan putra matahari.

SURAT CINTAKU UNTUK EMAK

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham 

Emak,,
sekarang sawah ladang kita baru dipanen,
tapi tangan yang merumput bukan milikku,
dan sosok yang memikul pompa solo bukan anakmu,
hal itu aku tau dari penuturan pohon sirsak , pohon pisang
dan pohon jambu klutuk yang dulu banyak sekali buahnya...
katanya : setelah emak pergi, wajah wajah asing menggunduli mereka...
sirsak,jambu klutuk dan pisang kepok tak pernah ada lagi mateng dipohon,
katanya ; pohon sirsak tempatnya bersarang sudah ditebang habis,
pohon jambu klutuk yang kau tanam dan jaga laksana bayi sejak dari biji
sekarang telah musnah dijadikan kayu bakar sang penghuni,
katanya, galangan, bendungan dan sumur yang dulu kerap untuk aku mandi
sekarang sudah tak ada lagi, entah kemana raibnya, tak ada yang perduli
setelah panen usai, pohon padi tumbang, mengering dibumi
tanah kering kerontang pecah belah meratap garang
bumi pun menangis kerna terlalu sering disiram pupuk kimiawi,
satu lagi, pohon pinang dekat gubuk yang selalu berbuah lebat itu,
yang emak larang untuk diganggu,diusili sebab buahnya untuk nginang
bahkan untuk kupanjat sekalipun ,emak sudah ngomel tak henti
bekas akarnyapun kini tak ada lagi, tak ada yang mau bersaksi
jadi, kalau emak mau melihat sawah kita yang di serba jadi,
emak harus mengajak teman supaya jangan kehilangan jejak,
kerna semua tanda alam, identitas bumi yang emak hafal mati
kini telah berganti tiang tiang besi, paku bumi
begitulah emak, sudah kusampaikan berita terpenting
seperti yang kerapkali emak pesankan lewat mimpiku,
oh iya, jangan emak tanya siapa yang menjadi tuan
atas tanah , sawah warisan pusaka leluhur sang Muham ,
kerna akupun tak diberi khabar tentang hal itu,
tidak terlalu penting bagi kakak dan adikku hal hal sepele itu,
apalagi sekarang, aku anakmu : sang matahari dari desa diski,
sudah tammat riwayat kejayaannya,
pangkat, jabatan dan pundi pundi dunia yang menyertainya,
aku tak punya, ya emak, sungguh aku tak punya...
tapi kami sekeluarga, sudah tak ingat untuk apa semua itu
karna setiap hari, Tuhan menggenapi janji NYA, dalam diri kami
seperti yang pernah emak ajarkan dulu, sepulang dari gereja
hari sudah dini hari, esok aku mau kerja lagi emak,
jadi kututup dulu suratku hingga disini,
tolong sampaikan salamku buat bapak,
coba tanya : kenapa tak pernah lagi menyambangi kami,
katanya bapak marah sama aku, ya,  aku tak mengerti....
ya udah emak, nantikan kami menyusulmu sesuai takdir Illahi...

Makassar 16 Desember 2011. 
Surat cintaku buat perempuan yang kupanggil, emak.

SEMAKIN TAK KUKENAL WARNAMU

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham

Sejujurnya,
semakin tak kukenali warnamu,
kerna riak dan ombak tak kenal waktu,
bahkan ganas gulung menggulung jadi tsunami,
tepian diri menyisi dipojok nurani,
mau dibawa kemana cerita ini ?
setelah dua tiga langkah, mundurku tuk mawas diri
tidakkah ada artinya bahasa hati ?
separah itukah hanyutnya jati diri,
hingga tak lagi mau kompromi....
bahkan cendrung egois tak terkendali,
tak perduli salah siapa,
tak perduli siapa salah,
ataukah , siapa salah , tak perduli ?!
lalu perdebatan panjang terentang, kosong
bila terpojok, buru buru hentikan topik senada,
hingga akhirnya, semua menggantung diangkasa
menggulita lalu tiris jadi air mata,
setetes demi setetes mengalir kedada,
menggoreskan luka atas duka yang tak nyata..
kenapa harus begini jadinya......

Makassar, 12 Desember 2011. Jam 21.52
Catatan harian pengembaraan sang lelana.

SELARAS HATI NURANI


Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham 
 
Kemarin ketika kutinggalkan beranda hati,
kukira sudah ada perubahan diri,
meski berawal basa basi 
namun maknanya selaras hati nurani,
hampir tak bisa kureka
mana sandiwara mana senyatanya,
sayangya, tambatan temali lepas disimpulnya
padahal niatkan kebajikan, penataan diri
untuk kesiapan merambahi hidup kedepan
tapi juga sembari merancang mimpi,
bukankah warna warni tergelar sepanjang jalan dilalui,
melengkapi amanat meskipun beresiko berat,
nyatanya seringkali kuhadapi azab bahkan tanpa sebab,
tapi rupanya itulah manusia, tak pintar membaca nuansa
karena nurut semata dikira kerbau cucuk hidungnya,
semakin parah sebab cuma menuntut hak tanpa melakukan kewajibannya,
benteng nurani kubingkai dengan tata krama
porak poranda dihempas egonya ,
kusut  didera sungsang nuraninya ,
bahkan hangus terbakar diladang hati yg kering,
anehnya lagi, debu disurabaya terlihat jelas olehnya
sementara ,gajah didepan mata malah tak terbaca....
sungguh aneh tapi nyata, atau semuanya cuma sandiwara belaka ???


Makassar, 10 Desember 2011. 
Catatan tentang sikap yang laiknya cuaca kota.

USIA DALAM BAHASA KEDALAMAN JIWA

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham

Setelah setengah abad kutabung usia dibumi,
seukuran speciesku ,tergolong awal usia tua
ya..ya..karna hidup rata rata sewajarnya,
tinggal sejarak dua penggalah dari sekarang,
bila kukatakan dalam bahasa matematika usia,
jatah hidup sudah habis dua pertiganya,
bila kukatakan dalam bahasa kedalaman jiwa,
kesempatanku menata bathin tinggal sejengkal saja,
bila kukatakan dalam bahasa orangorang kota,
masa produktifku sudah lengser ke senja,
bila kukatakan dalam bahasa seragam yang aku punya,
gerbong keretaku tertinggal sejauh station dengan tujuannya,
tapi sejujurnya,
aku tak pernah berada pada salah satu 
bahkan mirip mirip saja pun tidak mungkin,
ah...jauhlah dari pertimbangan pengelompokan itu,
sebab sesungguhnya :  akulah semuanya
komulatif tanpa alternatif dari yang ada,
bahkan sekarang, aku tertinggal didepan sana...
pasti kalian tidak percaya !
karena aku sendiripun tidak percaya...???.

Makassar, 10 Desember 2011. 
Catatan ketidakpercayaanku, padahal nyata.

PENYELARAS AKHIR

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham 
 
Jika soal keyakinan,
memang trahku baru pada turunan kedua,
kerna sebelumnya poyangku tak mengenal MU,
tapi bukan berarti ala kadarnya iman didada,
bahkan dalam kekuranganku aku berbagi,
dan aku tau betapa KAU sangat menyayangi aku,
KAU jamah mulutku hingga lancar berkata kata,
dadaku penuh sukacita saat memberitakan Firman MU,
betapa indah saat saat itu,
kerna hidupku KAU jaga,
jalan bagi kakiku KAU Buka
bahkan impianku terwujud memfakta,
dalam mustahil yang tak mungkin....
tapi kemudian kakiku salah melangkahkan jejak,
mengikuti janji nafsu hanyutkan diri,
kenapa KAU biarkan aku mengingkari diri,
jauh...jauh sekali aku tersesatku dijalan duniawi,
kenapa KAU diam saja tak mengirimkan ROHUL KUDUS...
hingga akhirnya seluruh tubuhku dililiti akar dosa,
kenapa KAU memalingkan pandang ya BAPA,
padahal KAU tau ketidakmampuanku menepiskan hasrat,
kini aku terperangkap hampir seluruh harapku kandas,
duh TUHANKU, Sang Penyelaras Akhir
kini kumohonkan belas kasihan MU, sungguh
angkatlah aku dari lembah maut kenistaan,
mampukan dan menangkan bahteraku mengarungi samudra kehidupan.

Makassar, 5 Desember 2011. 
Doaku bagimu Sang Penyelaras akhir

JIKA AKU SALAH

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham

Salahkah aku jika,
daun daun mengering ditangkai yang hijau,
bunga matahari kuncup dibawah terik surya,
pohon tebu patah diruas bawahnya,
bunga jambu rontok sebelum jadi putik,
hanya karena aku lupa menterjemahkan berita,
tentang nyanyian ombak menyisir pantai,
tentang berita kilat embun menyisi dipagi buta,
tentang rintih hujan yang meratapi warna kehidupan,
padahal cuma matahari yang setia menyapa dari timur raya,
salahkah aku jika :
tiap kata yang kuucap adalah caci  maki  sumpah serapah,
jalanku nanar membentur batas batas kewajaran,
sikapku kasar laksana preman pasar
tatapan mataku liar merobek  tata krama ,
bahkan sepanjang jalan yang kulalui penuh bercak darah kebencian,
padahal jika sejujurnya ditimbang :
udara yang kuhirup tak sebesar oksigen yang digadaikan,
tanah yang kupijak tak selebar pulau yang diperjualbelikan,
kursi tempatku duduk tak semegah singgasana tuan paduka,
lauk pauk yang kumakan tak semahal biaya hidup tuan pecundang,
harta kekayaanku tak seheboh nilai korupsi tikus negeri,
jadi, apakah kalianpun akan ikut ikutan
memasangkan tali kekang dihidungku,layaknya kerbau dungu
padahal sikap, cara bertindak, tingkah laku, tutur kata yang mengharu biru
bahkan caci maki dan sumpah serapah itu adalah kata hati kalian,
luber jadi bahasa lewat mulutku yang tak hendak kukunci,
mengejewantah lewat diriku yang tak kuatir diasingkan,
padahal kalau kalian jujur :
akulah kalian, kalian lah yang di aku
tapi aku rela jadi tumbalnya, sebab upahku besar disorga
bagaimana pula cerita selanjutnya, jika aku salah
bacalah dihati nurani kita.....

Makassar, 4 Desember 2011. 
Catatan tentang prilaku sang lelana.

TITIK NADIR

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham

Meskipun jelaga terus menerus ditaburkan
diatas arang sisa penghangusan,
tetap saja hitam adalah hitam
kerna jarak sudah tak lagi berjarak,
kilometer berada pada angka nol,
waktu sudah tak memiliki detik lagi.
tiga jarum berhimpit dititik dua belas,
maka ruang pun hampa tak ada ruang,
itukah awal ataukah itulah akhir ?
untuk catatan yang tak ada catatannya,
diterminal yang  kosong melompong,
pada penghentian semu yang bohong,
separah inikah kita ???
menanti titik nadir hadir,
menyelaraskan takdir.

Makassar, 3 Desember 2011. 
Catatan tertinggal tentang titik nadir kehidupan.

A K U L E L A H

Karya Drs Mustahari Sembiring Sang Muham


Sebelum tiba dibatas senja,
nafasku tersengal sesak didada,
satu persatu, runtut lelah lepas lunglai
batas batas ketabahan luruh dierosi waktu
ketika pasrah pun kehilangan magna,
kemudian penantian panjang berbuku kecewa
yang mana tauladan, yang mana pula syetan
aku terpojok ditengah lingkaran,
kalian semua geram, berteriak meradang
menjadi hakim dengan pasal masing masing undang undang
dibawah pengadilan penuh kezoliman hukuman dijatuhkan,
lidahku kelu mulutku beku hatiku biru,
hampir seluruh berita acara bersaksi semaunya,
selera pembuatnya, kata pemesannya, kepuasan pimpinannya
akhirnya sidang memutuskan : TERBUKTI BERSALAH !!!
meski tak satu buktipun mendukung,
walau tak seorangpun saksi menjadi penghubung,
bahkan resume jauh melambung,
aku lelah, aku pasrah, aku menyerah
sekarang : TERTAWAKANLAH KEBODOHANKU !!!
sekarang : BERPESTAPORALAH ATAS KEKALAHANKU !!
lelahku pilu, pasrahku lugu,  harapanku beku
kini kubawa semuanya kehadapan MU , ya TUHANKU
meski terseok seok, ijinkan aku napak tilas di jalan MU
lelah lukaku, pasrah perihku, porakporandanya harapanku,
kumohonkan iba MU, reinkarnasikan roh kemenangan atas tubuh lelahku
pada bab penutup kehidupanku, jadikan aku pemenang dunia akhirat
tegakkan yakinku, kokohkan imanku,  sampai kututup prosa kehidupan
hingga tak seorangpun lagi yang boleh melecehkan,
sang lelana, pembuka jalan, adalah juga PANUTAN TAULADAN.....

Makassar, 1 Desember 2011.  
Mantra doa sang lelana, harsapannya.